Selasa, 16 April 2013

BAHAYA MAKAN KERIPIK






(Dok/parentdish.co.uk)
Konsumsi keripik anak-anak di Inggris sudah mencapai tingkat berbahaya.
Mengunyah satu kantong keripik kentang tiap hari bak minum lima liter minyak goreng, menurut studi.


LONDON – Mungkin Anda menganggap remeh saran ini. Tetapi, bukti baru mengungkapkan bahwa menyenangkan mulut dengan camilan renyah, seperti keripik, bukan saja mendorong wabah obesitas dan penyakit jantung. Konsumsi keripik berlebihan juga mengganggu perkembangan bayi yang belum lahir dan berpotensi menyebabkan kanker pada orang dewasa.

Kebiasaan mengunyah makanan garing kini begitu populer di Inggris. Daily Mail melaporkan, jajak pendapat yang digelar YouGov baru-baru ini, menemukan bahwa sepertiga anak-anak Inggris makan keripik setiap hari. Duapertiga anak Inggris lainnya menikmati penganan renyah ini beberapa kali dalam sepekan. Bahkan, orang Inggris menghabiskan enam miliar kantong keripik per tahun--setara dengan satu ton keripik setiap tiga menit atau hampir 100 kantong keripik per orang.

Mengemil satu kantong keripik setiap hari—seperti yang jadi kebiasaan anak-anak Inggris sekarang—sama saja dengan minum hampir lima liter minyak goreng per tahun. Ini belum termasuk limpahan lemak, gula, dan garam dalam satu kantong keripik yang sudah jadi diet harian anak-anak di Negeri Pangeran William itu.

Keripik memadati rak-rak di toko, supermarket, bioskop, hingga pom bensin. Kemasannya yang warna-warni dengan gambar yang menggoda selera membuat beberapa orang ketagihan, klaim Michael Moss dalam buku barunya: “Salt, Sugar, Fat: How The Food Giants Hooked Us.”

Penyelidikan Moss mengungkapkan bagaimana raksasa pembuatan makanan melakukan penelitian selama beberapa dekade untuk mengubah keripik dari makanan ringan di era-70-an menjadi produk yang dirancang sebagai bom cerdas bahan-bahan kimia yang tepat di pusat keinginan di otak. Alhasil, setiap renyahan keripuk, langsung terasa garamnya. Ini efek yang oleh industri garam disebut “ledakan rasa.”

Keripik modern juga sarat lemak yang memberikan sesuatu yang disebut “mouthfeel” oleh industri makanan ringan. Yakni sensasi rasa dan aroma yang terasa dan enak rasanya. Akibatnya, makan keripik modern seperti kenikmatan yang Anda dapatkan ketika menggigit keju lengket.

Lemak tersebut terasa melalui saraf yang disebut trigeminal yang duduk manis di atas dan di belakang mulut. Saraf ini mengirimkan informasi yang menyentuh ke otak. Semakin enak dimulut, semakin ingin mengunyahnya. Lemak yang dikombinasikan dengan garam dan gula alami dalam tepung kentang melengkapi trio rasa yang secara alami didambakan oleh otak, menurut Moss.

Tapi, sebenarnya senjata rahasia utama keripik saat ini adalah kerenyahan yang terasah secara ilmiah.

"Penelitian telah menemukan semakin garing keripik digigit, semakin Anda menyukainya," ujar Moss.

Dirancang agar Ketagihan
Ilmu pengetahuan kini mengungkapkan sejumlah ancaman yang lebih berbahaya, terutama dari keripik. Produk industri raksasa ini telah menjadi makanan renyah yang didamba. Keripik telah menjadi ‘titik istirahat sempurna”.
 
Trik lain yang dipakai adalah produk sudah melewati lidah “pencicip makanan”, seolah-olah bahan-bahan yang tertera di label benar-benar sedikit sehingga tidak ada masalah jika disantap dalam jumlah berlebihan. Inilah yang membuat jumlah pecinta keripik selaku melonjak.

Tapi, lemak, gula, dan garam yang membual dalam keripik yang berpotensi mahal untuk kesehatan kita. Sejumlah penelitian membuktikan konsumsi ketiga bahan tersebut meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, diabetes tipe 2, dan jantung koroner. Pada anak-anak, keseringan memenuhi mulut dengan makanan renyah itu dapat membuat mereka sakit-sakitan seumur hidup.

Di Amerika Serikat, keripik telah menjadi penyumbang terbesar epidemi obesitas, menurut penelitian yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine. Dalam penelitiannya, Dr Dariush Mozaffarian menemukan, dari semua makanan, keripik kentang yang paling menonjol. Ini bukan lantaran keripik kentang mudah didapat dan lebih banyak membuat gemuk. Lebih jauh lagi, menurut ahli jantung dan peneliti makanan itu, Anda secara fisik mau dan mau lagi makan keripik kentang. 


 

Berlebihan makan keripik bisa membuat anak sakit-sakitan seumur hidup/www.telegraph.co.uk.

Studi Dr Mozaffarian yang juga asisten profesor kedokteran dan epidemiologi di Harvard Medical School menunjukkan kadar tinggi pati dan karbohidrat olahan dalam satu kantong keripik ukuran besar dapat lebih mengacaukan kadar glukosa dan insulin dalam darah. Ketidakseimbangan ini “menyebabkan perasaan kurang kenyang, meningkatkan rasa lapar, dan makan dalam jumlah yang lebih besar sepanjang hari.”

Akibatnya,  Anda bisa sangat tergoda menyantap satu kantong lain, kata Dr Mozaffarian, yang makan keripik “hanya satu atau dua kali per bulan, dan dalam porsi kecil.”

Kadar insulin yang tinggi terkait dengan obesitas dan diabetes tipe 2.

Risiko bagi Bayi Belum Lahir
Asupan keripik secara signifikan bukan cuma menyebabkan ketidakseimbangan tubuh bagi anak-anak dan orang dewasa, tetapi juga berbahaya bagi bayi yang belum lahir.

Penelitian Inggris menunjukkan ibu hamil yang makan keripik dalam jumlah besar dapat membahayakan keselamatan bayi seperti yang dilakukan ibu yang merokok selama berbadan dua. Semua ini terjadi lantaran bahan kimia beracun dalam makanan ringan yang disebut akrilamida. Zat ini tidak berbau, hambar dan tak terlihat, tetapi dapat merusak DNA.

Akrilamida merupakan racun saraf yang pertama kali ditemukan dalam industri plastik dan pencelupan. Sepuluh tahun silam, para ilmuwan Swedia menemukan zat ini dalam jumlah yang signifikan dalam proses pengolahan makanan, seperti keripik, yang dimasak pada suhu tinggi.

Sebuah studi yang digelar oleh Bradford Institute for Health Research, baru-baru ini, menemukan hubungan antara tingginya tingkat paparan akrilamida dan berat lahir rendah dan lingkar kepala pada bayi baru lahir.

Penelitian yang merupakan bagian dari studi yang lebih besar di seluruh Eropa ini memantau pola makan dari 186 perempuan hamil di Bradford. Dalam jurnal Environmental Health Perspectives, peneliti mengungkapkan bayi-bayi para ibu hamil tersebut memiliki tingkat akrilamida tertinggi dari lima pusat studi Eropa yang dipelajari. Ini dua kali lipat dari tingkat akrilamida di antara bayi Denmark. Sumber terbesar akrilamida dari pada calon ibu di Bradford berasal dari keripik.

Keripik dan akrilamida, “Keduanya menjadi ukuran kunci indikator risiko terhadap kesehatan bayi," kata John Wright, ahli epidemiologi dan konsultan kedokteran kesehatan masyarakat yang memimpin penelitian Bradford. Duet itu terkait dengan masalah berikutnya seperti tertundanya perkembangan otak dan sistem saraf, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.

"Ketika Anda menambahkan kontaminasi akrilamida dengan jumlah lemak, gula, dan garam dalam keripik, maka keripik memiliki tingkat racun yang sama pada perempuan hamil yang merokok," kata Dr Wright.

Melihat bahayanya pada bayi yang baru lahir, Dr Wright menekankan perlunya memberi peringatan kesehatan di setiap kantong keripik.

Studi tentang pengaruh akrilamida pada orang dewasa sedang berlangsung.

Sejauh ini, bukti-bukti yang ada telah mendorong International Agency for Research on Cancer (lembaga antarpemerintah yang didirikan oleh Badan Kesehatan Dunia) untuk menyebutkan pada label bahwa bahan kimia itu “mungkin karsinogen—zat penyebab kanker--pada manusia.”

Pihak lembaga industri penganan renyah, Snack, Nut and Crisp Manufacturers Association (Snacma), mengatakan sedang berusaha mengurangi kadar akrilamida dalam keripik. Badan ini menambahkan, anggota-anggotanya telah mengurangi kadar garam dalam produk mereka sesuai dengan target pemerintah.

Berpotensi Menyebabkan ADHD
Bahaya lain bagi anak-anak akibat makan keripik secara berlebihan adalah, hiperaktif dan perilaku adiktif.

Pada Februari, sebuah penelitian laboratorium dalam jurnal Plos One melaporkan bahwa ketika tikus diberi produk keripik komersial, otak mereka menunjukkan perbedaan aktivitas  dari biasanya. Ini muncul dalam pemindaian dengan pencitraan berteknologi tinggi.

Studi menemukan areal otak tikus yang biasa terkait dengan tidur mengalami gangguan, sedangkan daerah yang berhubungan dengan gerakan tubuh menunjukkan aktivitas yang lebih signifikan dari biasanya, menurut ahli kimia makanan di University of Erlangen-Nuremberg, Jerman.

Pada manusia, perubahan tersebut dapat menimbulkan perilaku hiperaktif.

Pemindaian otak juga mengungkapkan aktivitas tinggi di daerah yang terkait dengan kelaparan. Stimulasi berlebihan di wilayah-wilayah otak tersebut dikaitkan dengan hyperphagia, istilah klinis untuk makan berlebihan yang abnormal, kata studi tersebut. Dengan kata lain, dengan sifat itu mungkin membuat Anda makan lebih banyak keripik secara keseluruhan.

Daerah lain di otak tikus yang mengalami rangsangan yang tidak normal adalah yang berhubungan dengan sistem timbal balik otak dan dihubungkan dengan perilaku adiktif.

Butuh uji klini pada manusia untuk mengkonfirmasi apakah efek pada tikus itu sama dengan yang terjadi manusia.

Selain itu, salah satu efek akibat konsumsi keripik berlebihan pada anak juga menyebabkan kerusakan gigi.

"Keripik adalah satu hal terburuk bagi gigi Anda, karena dapat menempel di permukaan selama berjam-jam,” Dr Nigel Carter, Kepala Eksekutif British Dental Health Foundation memperingatkan.

“Pada daftar bahan, kandungan gula tampaknya rendah. Tapi, daftar itu hanya mengakui gula sederhana dan mengabaikan bentuk yang lebih kompleks, seperti karbohidrat, yang terurai dalam mulut menjadi gula.”

Tergoda oleh Iklan Selebritas
Di antara sejumlah kerugian akibat konsumsi keripik berlebihan, tekanan kepada anak untuk mengemil penganan renyah itu makin kencang dan menakjubkan. Bulan silam, misalnya, para peneliti Universitas Liverpool menemukan bahwa iklan keripik yang menggunakan tokoh terkenal ternyata menempel secara abadi di otak anak muda. 


 
Gary Lineker, bintang iklan keripik Walkers./www.independent.ie.

Peneliti menyebut “efek Gary Lineker”, presenter olahraga televisi dan mantan pemain sepak bola Inggris yang menjadi ikon iklan Walkers Crisps sejak 1995. Studi yang dilaporkan dalam Journal of Pediatrics, melibatkan 181 anak berusia delapan hingga 11 tahun, yang diminta menonton kartun yang disela oleh satu dari tiga iklan berbeda (salah satunya iklan Walker yang didukung oleh Lineker) atau dengan rekaman Lineker menyajikan Match Of The Day. Setelah itu anak-anak ditawarkan mangkuk yang ditandai “keripik Walker” dan “keripik supermarket.”

Studi menemukan anak-anak yang menonton baik iklan Gary Lineker maupun Lineker menyajikan pertandingan sepak bola, makan jauh lebih banyak keripik Walker dibandingkan anak-anak yang sama sekali tidak pernah menonton Lineker.

"Studi kami menunjukkan bahwa pengaruh selebriti meluas lebih jauh dari yang diperkirakan,” Dr Emma Boyland, psikolog yang memimpin penelitian, mengatakan.

Menggunakan figur terkenal sebagai iklan produk tersebut mendorong anak-anak untuk lebih banyak menyantap keripik itu. Mereka bahkan tetap makan keripik itu meski sang selebritas tidak sedang mempromosikan produknya.

"Ketika negara menghadapi pertumbuhan epidemi obesitas, kita perlu mengatur iklan makanan yang jauh lebih efektif,"  Dr Boyland menegaskan.

Namun, pihak Snacma mengatakan keripik yang mereka produksi tidak dipasarkan untuk anak-anak.

"Kami tidak mengiklankan itu untuk anak di bawah usia 16 tahun," menurut pihak Snacma.

Dengan demikian, tanggung jawab untuk menjaga anak-anak dari jerat candu keripik tetap ada di tangan orang tua. Anak-anak tetap dapat menikmati keripik dalam jumlah yang terkendali, sebut saja, hanya sekali atau dua kali seminggu.

Gawatnya lagi, orang tua tampaknya jadi aktor utama yang mendorong konsumsi keripik berlebihan. Paling tidak, orang tua sering mengemas keripik (dan permen) dalam makan siang anak-anak. Ini tampak dalam penelitian yang diterbitkan British Medical Journal pada 2010 yang menemukan bahwa hanya satu dari sepuluh paket makanan yang memenuhi standar yang sama seperti makanan sekolah. Sebagian besar paket makanan berisi keripik atau permen.

Kini, konsumsi keripik anak-anak telah mencapai tingkat yang berbahaya.

Menempatkan peringatan pendek pada kemasan, dapat membuat orang tua mengendalikan kegemaran pada keripik, tak peduli seberapa menggodanya produsen mengemas produk kentang renyahnya. 

SUMBER



Tidak ada komentar:

Posting Komentar